Gambar disini |
Dimana-mana hampir seluruh kegiatan manusia pada hakekatnya adalah menunggu. Bangun pagi menunggu sarapan, menuju pekerjaan menunggu taksi, selesai pekerjaan menunggu pulang, pegawai bawahan menunggu naik pangkat, pegawai atasan menunggu pensiun, orang kaya menunggu bertambah kaya, orang miskin menunggu ada bantuan, orang sengsara menunggu ada kesempatan.
Anak bayi menunggu balita, orang dewasa menunggu dikawinkan, orang tua menunggu mati dan begitu seterusnya. Pagi menunggu siang, siang menunggu malam, hari menunggu minggu, bulan menunggu tahun dan akhirnya HIDUP MENUNGGU MATI.
Kemana
pun manusia, pasti yang mereka tunggu adalah kematian. Tidak akan
ditemukan orang yang hidup abadi dan tidak akan didapati orang yang
tidak pernah mati. Silakan mencari obat segala penyakit, tapi pasti
tidak akan menyembuhkan penyakit mati.
Hari Mahsyar adalah hari menunggu yang paling menakutkan dan paling sengsara. Belum pernah ada kesengsaraan seperti hari ini. Lebih sengsara daripada menunggu di atap rumah karena banjir, lebih ngeri dari pada menunggu di tepi sungai lahar, lebih dahsyat daripada menunggu ditengah padang pasir yang tandus, lebih ganas daripada menunggu dibawah terik matahari dunia. Bukan menunggu saat istirahat bagi yang telah kepayahan berhari-hari. Bukan menunggu perawatan bagi yang sakit, melainkan menunggu
keputusan terakhir apakah diampuni atau tidak. Apakah celaka atau
bahagia. Apakah dimasukkan ke dalam surga atau dicampakan ke dalam
neraka.
Bagaimana perasaan kita jika saat itu kita diputuskan masuk ke dalam neraka…?
Sungguh
dahsyat dan mengerikan hari itu, semua manusia, semua pembesar, semua
raja, semua pemimpin, tiada satupun yang luput dari pemeriksaan “Makamah
Maha Agung, Allah swt.”
Semua
para hakim disana akan diadili, semua jaksa akan dituntut. Semua
kesalahan akan terbuka, semua pengkhianatan akan dibalas dan semua
penyelewengan akan dituntut.
Hari
itu, semua presiden, akan diadili, semua pembesar akan dituntut, semua
tunduk ketakutan menunggu keputusan Mahkamah yang maha Tinggi, Allah
swt.
Semua
orang tidak melihat ke kanan kiri. Ayah tidak lagi memperhatikan
anaknya, saudara tidak lagi peduli saudaranya, suami tidak lagi
menghiraukan istrinya, anak tidak lagi menghiraukan ibunya.
Sungguh, hari itu semua orang tidak lagi memperdulikan sekitarnya, masing-masing dengan keluhannya sendiri-sendiri.
Sungguh
suatu perjalanan yang harus kita pikirkan matang-matang dari sejak
sekarang. Perjalanan yang sepatutnya tidak boleh tidak dilupakan orang
sedetik pun. Perjalanan panjang yang mengerikan, perjalanan panjang yang
penuh teriakan, jeritan dan raungan yang memilukan, tapi tidak
dipedulikan. Perjalanan yang penuh dengan resiko dalam kesendirian,
perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Bukan
perjalanan sejuta kilometer, bukan perjalanan hidup sejuta abad,
melainkan perjalanan abadi yang tidak berkesudahan, didalam kesenangan
yang sempurna atau dalam siksa yang tiada tertanggungkan.
Alangkah sengsaranya dan betapa menyesalnya kalau abadi dalam penderitaan api jahanam yang membara.
Segeralah
kejar keampunan Tuhan-mu, sebelum datang hari yang dahsyat itu,
segeralah sujud kepada-Nya, sebelum datang hari penyesalan yang
menakutkan itu. Segeralah bertaubat atas dosa yang telah engkau lakukan,
sebelum datang hari di mana tidak diterima lagi alasan orang-orang yang
zhalim.
Semoga
kita semua selamat dari neraka-Nya dan masuk syurga tanpa hisab, dan
semoga kita selalu dan selalu berusaha dengan segenap tenaga yang
tersisa untuk menjadi orang-orang yang bertobat atas kesalahan kita dan
menjadikan maksud dan tujuan hidup kita seperti Rasulullah dan para
sahabatnya. Dan semoga Allah pertemukan kita semua dalam jannah bersama
kekasih dan junjungan kita Rasulullah saw. Amien.. Amien…Amien…
Buku "Menuju Perjalanan Abadi" karya H. Husein Usman Kambayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar